Postingan

Oppa, 너를 떠날 게 (Bro, I will leave you)

 Hatiku tercabik-cabik Bukan karena Kang Daniel dan Jihyo Twice putus, atau album The Reinassance yang tak akan kubeli. Bukan karena konser anniversarynya oppadeul yang ngga aku ikutin, atau album K.R.Y. yang tak kupesan. Bukan karena Oppa dating sama Ari. Hatiku tercabik-cabik (lagi) Bukan karena aku tak ikuti trend baju, atau kilogram badan yang tak kunjung turun. Bukan karena aku tak bisa pakai baju oversize, atau bodyline yang tak sesuai harapan. Hatiku tercabik-cabik lagi Terpikir, apa yang kulihat jauh dari apa yang kuingat. Aku melihat pengamen di lampu merah malam hari, ketika aku pulang dari mengajar privat. Mungkin hampir pukul 9 malam. Aurat pengamen wanita itu tidak dihijab. Lalu kupikir apa yang terjadi, hingga di negeri ini ada manusia yang tak dapat melakukan kewajibannya.  Oh, kuingat. Suatu waktu dahulu, di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, hingga ada istilah senada "serigala dan domba tak lagi kejar-kejaran memangsa-dimangsa". Yup, saking sejahteranya pend...

Karena Saya Mencintaimu Karena Allah

Hubungan yang dijalin Hubungan yang dirajut Hubungan yang diikat Hubungan yang dirantai, dijahit Tak lain hanya karena Allah Bukan berarti engkau tak ada harganya, Tetapi karena kita sama-sama hamba-Nya Karena saya mencintaimu karena Allah, Saya sesak jika ada renggang antara kamu dengan-Nya Karena saya mencintaimu karena Allah, Saya sesak apabila pertemuan kita tak mendekatkan kita pada-Nya Karena saya mencintaimu karena Allah, Saya merindukan bahasan-bahasan tentang bahasa dan surat-Nya Karena saya mencintaimu karena Allah, Saya bahagia apabila kamu beruntung karena kembali kepada-Nya Karena saya mencintaimu karena Allah, Saya lebih gembira ditinggalkanmu jika kamu sengaja melemahkan hubungan kita dengan-Nya Saya sedih, jika kamu hanya mengurus, berpikir, dan fokus terhadap makhluk-Nya saja Tanpa kamu gantungkan hatimu pada Allah ta'ala saja Dan bila kontradiksi terjadi, maka ingatlah apa-apa harus ditanamkan karena Allah, baik jika dan hanya jika benci, maupun jika dan hanya jik...

Pada Akhirnya, Lima Waktu Salat

Kita ini aneh Menerjang langit kita balas senyum Mendalam ombak kita malah tertawa Ada Memang ada hal Yang takkan ada dipandang Tapi khawatirnya menjelma angin Angin badai lebihnya Benang sudah terjalin Rasa sudah tersulam Baru saja aku hampir tertimpa daun yang jatuh Bersama yakinlah diri Bayangan pulanglah ragu Lebih dari, maaf takaranku kualitatif Sekali lagi, aku hampir tertimpa Saat bintang memancing, aku tertangkap Umpan-Mu begitu elok Ya Rabb Celah celah hilang, pulang pulang datang Masih terlalu dini mengambil respon Aku hanya senang Kata-kata katanya teratur Tatanan pun begitu Ku lihat orang, tidak cukup buatku yakin Ku meyakini, tentu saja hiperbola muncul Kan kututup dengan membatukan kenangan ini, karena tiap kali ku tidak menerima keadaan, ku tau dimana prasasti itu berada

Hadirnya Daging Tak Bertulang

Ada yang pergi namun tak terasa Ada yang tinggal namun tanpa massa Begitulah kata orang Sampai-sampai dibuatkan peribahasa Nasi telah menjadi bubur Namun tetap saja Wanita tak ingat kekejamannya pada orang lain Tapi ingat kekejaman orang lain padanya Kita tidak sedang berbicara pedang! Kita hanya sedang mengegokan ego Kita hanya sedang... berbicara

KUDIK-EJA-R

Ku dikejar senja Namun yang kudapati, mendung membendung kami Kuterus dipaksa maju oleh keformalitasanku Ku diujung mendung Tak kudapati kudekat dengan senja Yang kudapati adalah jarak Tetap tak bisa kutarik Kuharap bisa kudekati Masih juga belum sampai Ilmuku tak juga menyadarkanku untuk melaksanakannya Kupilih keharusan itu daripada keperluan ini Aku jahat Kucintai ego Kusayangi tanpa nego Dan kurawat hingga kuanggap diriku jago Hahaha... Hahaha... Aku... Kalap! Tuhan, hilangkan aku setelah kujalani ilmuku Hingga kusadar kami begitu dekat Senja diatasku, menaungiku, kemudian ia pergi lebih dulu karena ku diam Satu lagi, tak pernah kusesali melihat spion hanya tuk mengagumi betapa Tuhan menciptakanmu begitu indah begitu hebat namun tetap, kau itu fana

Sukajadi, Jumat Malam

Kutarik jari jemari, membelai gas digenggaman Semakin kutarik, semakin cepat kulewati malam Disebelah kanan mobil hitam Disebelah kiri mobil kuning Ternyata bukan warna Tapi makna Kelap kelip, bukan Cahaya gantung yang sebagian tertutup pohon lebat Layaknya dirimu, yang kucari bukan warna Semakin lama semakin larut Teringat nama hanya buat kening berkerut Kedok penuntut kupakai Hati yang ternyata tak memadai Cukup. Malam ini untukku dan Allah saja Ruang kosong yang bersisa biarlah tetap tak terasa, apalagi kamu yang bahkan tak tahu kumenunggu

"Keep Spirit!", katanya

"Hey, dear Kita semua tau bahwa rezeki tak hanya didapat dengan satu jalan, Tapi tidak semua dari kita yakin jalan yang ditempuh haruslah jalan yang halal, Tidak berhasil di jalan yang ini bukan berarti kamu salah, justru pendapat itu yang payah. Terima kasih telah berusaha keras untuk impianmu, Tapi jangan lupakan badan dan lelahmu, supaya kelapangan pada hatimu berguna pada jalan berikutnya Masa kamu lupa, berapa gelas kopi sudah kamu teguk tuk bantu kamu tetap melek? Atau, berapa mangkuk mie instan telah kamu telan tuk bantu kamu tetap terjaga? Lebih dari itu, aku yakin, kamu yakin bahwa yang yakinlah yang 'live alive' Selamat tersenyum semangat berlapang dada melihat semua ini hanyalah sesuatu yang akan kamu tertawakan besok, lusa, atau lusanya lusa. Keep spirit!" Benar-benar luar biasa berkecamuk pikiranku. Dia yang mengirimiku surat dan menyapaku dengan 'kesayangan' ( dear=kesayangan)  benar-benar menghibur hatiku. Ya, hatiku ...