GANTUNGAN KUNCI KAPAL

Banyak cara untuk mengungkapkan rasa. Salah satunya dengan hadiah. Ya, hadiah, seperti yang adik kelasku berikan kepadaku.

"Gantungan kunci kapal
Tanpa sadar benda ini terdiri dari tiga kata dasar: Gantung, Kunci, & Kapal
Tiga kata dasar yg bahkan dapat menggambarkan bagaimana hidup kita berlalu
Kamu bisa memilih satu, atau ketiganya
Tak perlu repot memaknai, karena makna akan hadir ketika kita mau membuka hati untuk memilikinya
Tak perlu repot mencari filosofi, karena filosofi kadang melalaikan kita untuk menikmati apa itu hidup

Seperti halnya kapal, hidup kita pasti memiliki tempat berlabuh
Bukan hanya tentang kemudi, tapi juga tentang mengemudi
Jangan sampai tujuan kita salah, apalagi tdk memiliki tujuan
Karena sebetulnya tujuan penciptaan kapal sudah jelas adanya, begitu juga hidup

Maafkan karena dua hal lagi belum sanggup ku deskripsikan
Ntah karena gudang kata ini kosong, atau karena kosongnya gudang waktu yg kumiliki

Insyaallah, kan kujelaskan 2 hal lagi di lain waktu, ketika Allah masih mengizinkan
Jangan bersedih, innallaha ma'ana

Anggota Sri Mayang Sunda"

Surat itu datang bersama sebuah gantungan kunci yang berbentuk botol, didalam botol tersebut ada kapal coklat berlayar hijau. Aku lebih setuju itu disebut gantungan kunci botol daripada gantungan kunci kapal. Benar-benar sudut pandang yang berbeda. Sudahlah aku tak mau bahas itu.

Yang tak aku sadari adalah, ini akhir waktuku duduk dibangku sekolah berseragam putih abu. Dan disaat akhir sekolah seperti ini, baru kuketahui ternyata selama ini dia juga yang berusaha memberi kenangan berharga selama aku SMA. Diakhir sekolah ini juga, aku baru menyadari dia menyimpan perasaan itu.

Dia, perempuan yang berani. Orangnya tdk cantik, namun bersahaja. Dia tergabung dalam satu ekskul yang sama denganku. Dia tidak takut meluapkan emosi yang ada dalam hatinya. Dan sayangnya, aku tidak pernah menaruh hati padanya.

Aku bukan orang yang cukup pemberani untuk mengungkapkan perasaanku dengan cara apapun. Bagiku, merasakan anugrah tentang perasaan itu saja sudah cukup. Tak perlu berbagi kepada orangnya. Tidak seperti adik kelasku itu.

Huh... Adik kelas, atau aku yang salah. Sepertinya aku dihantui rasa bersalah yang menyelimuti diriku terus menerus. Tiap kali surat yang baru datang, kupikir aku harus membalas suratnya. Tapi, aku tidak pernah berhenti berpikir. Sampai-sampai aku tidak pernah bertindak.

Oh adik kelas, aku suka mengingatmu. Bunga persahabatan di hari bunga, surat kecil, email tiap bulan, dan makanan di hari pramuka, semuanya tak pernah kulupakan. Yang aku tak sengaja lupakan adalah, aku sudah menyukai orang lain di hari kau beri gantungan kunci kapal ini. Sungguh, aku tak mau kamu kecewa tentang hal ini. Makanya, aku tak pernah mau berbagi cerita denganmu tentang orang yang sudah aku sukai.

Maafkan aku, harus mengatakannya disini. Aku tetap kakak kelasmu.

(429 kata)
30 Hari Menulis: Hari pertama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukungan yang Terdengar Kecil

Se-iya bukanlah jaminan

"It all started with just one Bismillah."