Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

KUDIK-EJA-R

Ku dikejar senja Namun yang kudapati, mendung membendung kami Kuterus dipaksa maju oleh keformalitasanku Ku diujung mendung Tak kudapati kudekat dengan senja Yang kudapati adalah jarak Tetap tak bisa kutarik Kuharap bisa kudekati Masih juga belum sampai Ilmuku tak juga menyadarkanku untuk melaksanakannya Kupilih keharusan itu daripada keperluan ini Aku jahat Kucintai ego Kusayangi tanpa nego Dan kurawat hingga kuanggap diriku jago Hahaha... Hahaha... Aku... Kalap! Tuhan, hilangkan aku setelah kujalani ilmuku Hingga kusadar kami begitu dekat Senja diatasku, menaungiku, kemudian ia pergi lebih dulu karena ku diam Satu lagi, tak pernah kusesali melihat spion hanya tuk mengagumi betapa Tuhan menciptakanmu begitu indah begitu hebat namun tetap, kau itu fana

Sukajadi, Jumat Malam

Kutarik jari jemari, membelai gas digenggaman Semakin kutarik, semakin cepat kulewati malam Disebelah kanan mobil hitam Disebelah kiri mobil kuning Ternyata bukan warna Tapi makna Kelap kelip, bukan Cahaya gantung yang sebagian tertutup pohon lebat Layaknya dirimu, yang kucari bukan warna Semakin lama semakin larut Teringat nama hanya buat kening berkerut Kedok penuntut kupakai Hati yang ternyata tak memadai Cukup. Malam ini untukku dan Allah saja Ruang kosong yang bersisa biarlah tetap tak terasa, apalagi kamu yang bahkan tak tahu kumenunggu

"Keep Spirit!", katanya

"Hey, dear Kita semua tau bahwa rezeki tak hanya didapat dengan satu jalan, Tapi tidak semua dari kita yakin jalan yang ditempuh haruslah jalan yang halal, Tidak berhasil di jalan yang ini bukan berarti kamu salah, justru pendapat itu yang payah. Terima kasih telah berusaha keras untuk impianmu, Tapi jangan lupakan badan dan lelahmu, supaya kelapangan pada hatimu berguna pada jalan berikutnya Masa kamu lupa, berapa gelas kopi sudah kamu teguk tuk bantu kamu tetap melek? Atau, berapa mangkuk mie instan telah kamu telan tuk bantu kamu tetap terjaga? Lebih dari itu, aku yakin, kamu yakin bahwa yang yakinlah yang 'live alive' Selamat tersenyum semangat berlapang dada melihat semua ini hanyalah sesuatu yang akan kamu tertawakan besok, lusa, atau lusanya lusa. Keep spirit!" Benar-benar luar biasa berkecamuk pikiranku. Dia yang mengirimiku surat dan menyapaku dengan 'kesayangan' ( dear=kesayangan)  benar-benar menghibur hatiku. Ya, hatiku

Rara dan Segenap Keadaan Tidak Ideal

Rara masuk ke kamar kemudian menyalakan lampunya. Begitu lampu menyala, terlihatlah sekeliling dinding berwarna lavender yang dihias dengan tempelan-tempelan, seperti foto, mading, juga koran. Rara tampak bergegas ke meja belajarnya mencari-cari sesuatu. Rupanya ia mencari buku hariannya. Tempat ia menumpahkan kegelisahan yang masih bisa ia tulis. Akhirnya buku itu ketemu. Sekarang dia mencari spidol warna merah untuk menulis. Mukanya tampak semakin jelas, semakin jelas kesalnya. Sekarang ia tidak menemukannya. Jadi, ia menulis dengan pulpen hitam yang tergeletak di atas mejanya. Aku benci, bukan, aku marah. Pikiranku sudah dikuasai emosi, bukan, hatiku. Aku tidak menyukai ini. Nilai ulangan matematika peminatanku jelek, ini tentu sudah berulang kali. Tapi, yang kali ini berbeda. Ini karena aku tidak bisa belajar. Aku fokus terhadap hal lain. Pertengkaran orangtuaku.  Pulang sekolah saat sampai rumah aku kaget karena tiba-tiba bu guru menetapkan ulangan bab lingkaran besok. Gapapa!

Batu yang Lembut

Ada putih, ada juga hitam. Ada senang, ada juga tawa. Ada keras, ada juga lembut. Gadis itu sedang mengumpulkan daun kelapa kering tua yang sudah jatuh ke tanah karena terpaan angin. Sambil berjalan jongkok, agar dia tak perlu membungkuk. Biasanya daun kelapa kering tua yang sudah ditanah bisa dipakai sebagai bakaran seperti kayu bakar di dapurnya. Atau, bisa juga dia copotkan tulang daunnya untuk ditambahkan ke sapu lidi yang sudah menipis. Pagi hari begini, kegiatan itu terbilang ringan, apalagi untuk gadis seperti dia. Sangat. "Batu, ikut ibu ke sawah  ndu.  Bantu nyabut tumbuhan", panggil ibunya saat gadis itu sedang menaruh persdiaan bakaran di dapur. Tentu saja gadis itu langsung bersiap ke sawah dengan jaket tipis berwarna biru dan kerudung merah muda. Ya, gadis itu bernama Batu. Entah mengapa ayahnya menamainya 'Batu'. Tentu saja semuanya memiliki filosofi tersendiri. Batu sendiri bila dimaknai karakteristiknya ada yang bertekstur kasar ada pula yang ber