Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Sulitnya menahan, disaat godaan begitu tepat pada momentum

Banyak bagian, khususnya pada kejadian haditsatul ifki, yang begitu menyakitkan. Menyakitkan, bahkan bagi umat di 14 abad kemudian.

1 Frasa

Satu kalimat saja bisa menjatuhkan ego manusia. Pun satu kalimat saja bisa menjatuhkan rasa manusia. Misalnya; Kamu mau aku bantu Kamu mau? Aku bantu

Dukungan yang Terdengar Kecil

Dalam subbab berikutnya, Pak Ustadz Salim menceritakan kisah yang menjadi obat. Rasanya hati dicabik-cabik ketika tak kulihat sedikitpun karakter diri ini memiliki kesamaan dengan karakter Thalhah dan Az-Zubair serta Ali ketika telah mengadakan bertemu dalam perang jamal. Ali, yang saat itu baru menjadi khalifah untuk menggantikan Utsman pun terpukul atas pembunuhan Utsman ra.. Bukannya ia tidak mau untuk segera menuntaskan dan mengqisas pembunuh Utsman ra. yang sejarahnya menimbulkan banyak pendapat. Sungguh, bukan itu. Dalam subbab ini, begitu halus teguran khalifah Ali kepada Talhah dan Az-Zubayr yang berdiri di sisi Aisyah. Suatu hari, ketika Rasulullah saw. masih hidup, Talhah pernah menjadi sebab turunnya ayat karena ia bertemu dengan Aisyah tanpa tabir dan sempat berpikir untuk menikahi Aisyah jika Rasulullah saw. telah wafat nantinya. Ternyata dimasa depan, Talhah menjadi orang yang mengantar Aisyah untuk bertemu Ali tentu bersama Az-Zubayr ra. dan rombongan.  Ketika telah berp

Masih tentang Nasehat

 Nasehat itu ketulusan. Maka apabila ia dengki, tak mungkin ia menasehatimu menuju Allah. Menasehati kaum muslim, walaupun rasanya berat, adalah bentuk ketulusan. Walaupun rasa menahannya harus lebih panjang daripada yg lain. Menasehati itu ejawantah hati yang tak ingin berpenyakit, dengan syarat ia juga menasehati dirinya. Kembali lagi, nasehat itu ketulusan.

Nasehat itu Ketulusan

Iya dear. Nasehat itu arti asalnya adalah ketulusan, bukan ceramah atau peringatan. Dan itu juga yang menjiwai hadits "adDiinu anNasiihat" atau "agama adalah ketulusan" Ketika sahabat bertanya, nasehat itu harusnya pada siapa saja? Rasulullah saw menjawab yg pertama adalah Allah taala. Nasehat kepada Allah artinya Ketulusan pada Allah. Melakukan hanya apa yg Allah cintai dan membenci hanya apa yang Allah benci. Duh berat. Terutama dalam perkara cinta, manusia yg asupan atau kebanyakan inputnya adalah makhluk akan lebih mudah mencintai makhluk :(. Padahal... Yah kita tau mencintai makhluk adalah jalan keniscayaan pada kesedihan.

Ya!

Sangatlah mudah menjawab pertanyaan yang jawabannya hanya memiliki 1 pilihan, yaitu "ya!" Tapi justru pertanyaan yang jawabannya ya itulah, yang begitu sulit di lakukan.

Lagi lagi harmoni

(bukan sabun) Kembali lagi, ternyata butuh kepandaian melihat detail tanpa melepas keharmonisan. Yahhh sebelum sampai kesitu ternyata butuh pemahaman yang dalam, kepekaan yang mudah, dan kesigapan berpikir.

Loyo Satu Melotot Seribu

Pernah ga sih ngerasain nyesek gara-gara ada to do list yang ga kesampaian dikerjain di hari tersebut? Wkwk agak lebay emang kalau sampai nyesek, tapi aku pernah. Dan setelah itu terjadi, mulailah hadir ide-ide baru, semangat baru, dorongan baru yang muncul agar hal tersebut bisa diselesaikan segera ataupun besok. Dengan semangat baru itu pula, keloyoan dan kemleyotan yang hadir segera tergantikan dengan senyuman. MasyaAllah, segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Kuasa membuat itu mungkin terjadi. Ustadz Salim juga menceritakan dalam buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" bahwa adat ketimuran, budaya timur itu sangat lekat kaitannya dengan harmoni. Dan itu juga yang bikin kita bisa sadar, bahwa kita ga ada apa apanya. Tanpa menyudutkan budaya/adat barat yang lebih ke "atasnama hak", kita semua, muslim, tetap bersaudara <3 

Sepatu Kita Tak Sama, Brader

Dear, sometime i feel like "I can't handle it anymore" haha. The more grateful a person the more its beauty shine. I already knew, how to look down on person, even people, and I also already knew that act only hurt myself. The one who bears the biggest loss is the one who act like that. Though, he who thinks like that never exchanges "shoes" with anyone else. Ironic.

Sedikit Banyak

Aku tengah mencapai pertengahan buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" dan kulihat lagi diriku yang kerdil ini begitu tidak pandai dalam mencintai. Ustadz Salim membahas bahwa ungkapan "Cintailah oranglain sebagaimana engkau ingin dicintai" adalah tidak selalu tepat. Bahkan, lebih sering tidak tepat. Kenapa? Karena seharusnya, dalam dekapan ukhuwah kita ingin memberi perhatian terbaik, dengan cara yang paling apik pula. Bisa banget nih, kejadian bahwa dia dengan tulus mencintaimu tapi dengan cara yg tidak engkau sukai, maka hal itu tidak akan berbuah cinta. Lebih jauh, bisa saja malah menyakiti. Aku berkaca lagi, "oh! Itulah kenapa perasaan benci kadang mudah teringat hanya dengan trigger ringan!" Yap. Misalkan saja kita memiliki memori 4K tentang keadaan yang memalukan yang disetting seseorang. Hanya dengan menyebutkan nama penyetting saja bisa jadi kita langsung ingin cepat cepat menutup memori kita terkait itu. Itulah juga, mungkin, latar belakang perlunya dirumu

Rehat Sejenak

 Sekali lagi, aku baru saja melihat diriku dari balik tabir. Aku mengenali sifat lain dari diriku. Ceritanya begini, aku baru saja merasa kalap secara tiba-tiba. Kulihat kembali, ini memang hari hari menjelang haid. Akan tetapi, aku lihat lagi bukankah aku bisa menyadari triggernya? Ya pelatuk dari kekalapan itu sendiri adalah rasa menyerah. Aku merasa lelah dan menyerah pada diriku sendiri. Padahal rasa lelah yang aku rasakan tak boleh jadi pembenaran untuk melalaikan hal yang harus dikerjakan. Kusadari lagi, bahwa rumahtangga yang aku impikan dimana aku berperan menjadi istri sangatlah tidak realistis dan penuh pengaruh dongeng besutan disney. Padahal, yang aku impi impikan dan jadi pembenaran adalah Bunda Khadijah ummul mu'minin. Miris sekali bukan?? Tak berhenti disitu, Allah anugerahi aku dengan cermin bacaan. Hari ini kubaca bab berjudul "Senyum Pengertian" yang sempat kureaksikan dengan senyum masam karena kupikir "Semua orang pasti ingin dimengerti." Lal

Dalam Paruh Kedua

 Alhamdulillah Allah beri nikmat untuk masuk ke paruh kedua alias setengah terakhir Ramadan. Dan Alhamdulillah, buku yg sedang kubaca pun baru saja memasuki paruh kedua terakhir. Sungguh aku tak percaya jika ini kebetulan. Dalam karyanya, beliau menjelaskan bahwa hubungan yang akan dibangun--setelah sebelumnya berkondisikan tanah gersang nan tidak ideal--haruslah berjiwakan prasangka baik kepada Allah dan penuh optimisme walaupun air muka yang terlihat tidak banyak support. Dalam dekapan ukhuwah, aku belajar bahwa semua yg perlu diasah sebelum action bukan hanya akal, tapi juga hati. Bahkan iman itu letaknya di hati bukan di akal. Oleh sebab kita harus memprioritaskan iman sebagai pisau keputusan kita, maka akan kusebut iman haruslah memimpin akal agar bertemu di jalan yang Allah ridhokan. Kalau hari ini kita merasa belum berdekapan secara biasa apalagi mesra dalam ukhuwah dan persaudaraan iman kaum muslimin, aku belajar bahwa jalan pertama adalah berkaca penuh makna, sebab bukan ukhuw

Frasa baru

 "Yang tertarik itu menarik" Dari 1 kalimat ini, pemaknaannya bisa banyak, tergantung cara bacanya, cara memahaminya, dan apa yg lagi dipikirkan

Antara Siang dan Malam

 Dari buku syarah doa dari Al-Qur'an, dituliskan bahwa ada hadits, dimana Allah menjadikan malam untuk waktu taubat orang yg maksiat di siang hari, dan Allah jadikan siang hari waktu untuk taubat orang yang bermaksiat di malam hari. MasyaAllah :" Allah Mahabaik bangettttt Pernah mikir, aku masih tau diri ngga sih kalau masih minta ampunan lagi sama Allah padahal kayanya dosa ini bukanlah dosa pertama kalinya :" dan ya, Allah se Mahabaik itu :" better taubat than regret

Uniknya amanah

 Pernah dengar "amanah tidak akan salah memilih pundak" ? Ya. Anehnya itu benar, termasuk pada amanah persahabatan. Allah tidaklah asal menaruh Harun disisi Musa, Bunyamin disisi Yusuf, dan Ali disisi Rasulullah saw.  Jika hari ini belum ada seseorang seperti itu disisimu, mungkin, kamu seseorang seperti itu disisi orang lain. Tapi yang paling penting; terserah siapa disisi siapa, jika alasannya karena Allah ta'ala.

3 Pertanyaan Unik, Bekal Kehidupan

Bismillah ... Ada cerita sekaligus nasihat yg oke banget buat dipraktikkan maupun bahan renungan. Ini diambil dari bukunya Ustadz Salim A Fillah, hal 211. Satu saat ketika seseorang memuji kawannya dalam persaksian sebagai orang yang baik, 'Umar bertanya padanya, "Apakah engkau pernah memiliki hubungan dagang atau utang-piutang dengannya sehingga engkau mengetahui sifat jujur dan amanahnya?" "Belum," jawabnya ragu. "Pernahkan engkau," cecar 'Umar, "Berselisih perkara dan bertengkar hebat dengannya sehingga tahu bahwa dia tidak fajir kala berbantahan?' "Ehm, juga belum..." "Pernahkah engkau bepergian dengannya selama sepuluh hari sehingga telah habis kesabarannya untuk berpura-pura lalu kamu mengenali watak watak aslinya?" "Itu, itu juga belum" "Kalau begitu, pergilah kau, hai hamba Allah. Demi Allah kau sama sekali tidak mengenalnya!" . . . Wow pas aku baca, MasyaAllah, memang kelas sahabat itu beda

Jika...

Jika perkataan ummul mu'minin aisyah radiyallahu anha ketika bilang "shafiyah si pendek" saja bisa menghitamkan laut, apalagi lisanku yg jauh dari kata suci. Astaghfirullah. Mohon tegurannya mamteman.

Rumah di Surga

Segala Puji bagi Allah Yang Maha Agung yang memberi taufiq, dimana bacaanku hari ini relate dengan apa yang aku lagi alami. Jadi, aku sama mamah lagi pengen banget diet, dengan bantuan minuman protein yang biasa kita sebut shake. Nah kita ngomongin itulah dan persiapan makanan di Ramadan untuk buka puasa otomatis beda kuantitasnya. Papah, ngasih kita nasihat bahwa perlulah kita menikmati ramadan dan puasa dengan macam-macam makanan, dan ga perlu diet. Di satu sisi aku dan mamah ketawa wkwk sebab dietnya gajadi terus. Di sisi lain kita menginsyafi bahwa patuh pada perintah papah itu berpahala, sebab beliau kepala keluarga.  Aku dan mamah berhujjah dengan alasan berat badan kami terlalu tinggi dan melebihi BMI, yang efeknya kaki mudah sakit, tidak enerjik, perut (setelah makan banyak) sesak, dan sebagian baju jadi tidak terpakai karena tidak muat. Yang lebih parah adalah kalau sesek salatnya ga senikmat biasanya dan sujudnya ga bisa lama. Berdiri juga gabisa lama karena kaki sakit. Lalu

Hal Baru

Hal baru yang aku sadari setelah menambahkan membaca buku sebagai to do list yang ingin dibiasakan: Ingatan jangka pendek ku lemah wkwk Lalu tiba tiba Allah sadarkan berbagai ingatan di waktu yang memang lebih banyak hikmahnya Misalnya sekarang ini. Aku lupa awalnya apa yg aku baca. Tapi setelah aku mengetik kalimat "misalnya sekarang ini" Allah kasih aku taufiq untuk mengingat bahwa yang tadi aku baca adalah kisahnya Lu Su yang ditanya mengenai ciri ciri orang yang mencuri kerbau yang sempat ke kubangan itu. Sang penanya adalah Zhou Yu, seorang yang sudah tau cirinya bagaimana dan siapa pelakunya. Tapi kemudian, ia menunjukkan sikap yg begitu arif, dengan menyuruh semua orang lari sehingga ciri ciri tersebut dimiliki setiap orang. Ini bukan menghukum orang yang tidak salah, tapi mengajarkan bahwa kita bersama sama bisa menyadari apa kesalahannya dan bisa mengambil pelajaran, tanpa harus menyudutkan dan membuat sakit si pelaku. Yah. Aku? Disini bikin refleksi aja keknya susaa

Setelah hampir 2 bagian

 Cerita sedikit, 2 bab sudah hampir habis tapi "luka-luka" yg dimiliki ternyata tidak menghilang semudah itu.  Mungkin memang ketika kita membaca buku, kita menyelami dunia baru yg memesona. Tapi nyatanya ketika kita menutup buku, kita terbang menghadapi dunia lama yang menipu

1 kalimat lagi saja

"Aku tidak tahu ini rahmat atau musibah, tapi aku berbaik sangka pada Allah"

Se-iya bukanlah jaminan

  Dari Abdullah bin Ubay bin Salul kita belajar, bahwa  mengiyakan bukan berarti mendukung  menyetujui bukan berarti sepaham  memihak putusan bukan berarti tidak bersiasat  Abdullah bin Ubay, yang tampak mengiyakan, menyetujui, dan memihak rekomendasi sebelum putusan yang berupa mimpinya Rasulullah saw agar berstrategi perang dalam kota JUSTRU adalah orang yang paling ingin melihat Rasulullah Saw jatuh  Kenapa? Karena ada luka yang ia pelihara hingga apa saja yang hendak mengobatinya malah ia anggap sebagai hal yang memperparah dirinya. Menyedihkan memang. Tapi itu karena ulahnya sendiri  

1 kalimat saja

 Aku harus menjiwai penyesalanku, bahwa aku menyesal begitu bodoh karena kurangnya ilmu agama.

Aku kagum lagi

 Aku kagum dengan ulama, yang hatinya bersih sehingga Allah beri taufiq untuk menghafal hadits. Kalau ada penyesalan yang harus aku gemakan, maka itu adalah penyesalan begitu terlambatnya aku menuntut ilmu agama. Seolah olah aku ridho mengutuk diriku sendiri dengan masa depan yang gelap. Gila banget, nyesel di dunia aja udah se gaenak ini. Apalagi nyesel di akhirat. Nauzubillah.

Cermin Bening

Masih edisi refleksi pascabaca buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" aku kembali terhempas. Seolah olah setiap selesai baca buku ini aku rasakan betapa kerasnya hati aku, yang saking kerasnya itu, membuat sulit hati bergetar setelah membaca Alquran. Dalam BAB kali ini, beliau hafidzahullahu ta'ala membawakan kisahnya Muawiyah dengan Ali, sebelum dan setelah Ali meninggal. Uqail, yangmana saudara kandung Ali bin Abi Thalib itu menjadi saksi, atas apa yang terjadi. Seolah olah memang dalam kisah tersebut Muawiyah menjadi tokoh antagonis, padahal Allah telah siapkan plot berikutnya dimana Muawiyah memberi kesempatan pada sahabatnya Ali untuk mengemukakan kemuliaannya Ali. Di akhir, ustadz Salim A. Fillah menegaskan, bahwa setiap mu'min adalah cermin. Bukan sekedar yang buruk adalah cerminnya si buruk, tapi pasti ada bagian buruk yang menjadi bayangan dari cermin si baik. Memang harusnya ketika kita saling menyayangi karena Allah dan melihat aib dalam diri saudara kita, kita langs