Batu yang Lembut

Ada putih, ada juga hitam. Ada senang, ada juga tawa. Ada keras, ada juga lembut.

Gadis itu sedang mengumpulkan daun kelapa kering tua yang sudah jatuh ke tanah karena terpaan angin. Sambil berjalan jongkok, agar dia tak perlu membungkuk. Biasanya daun kelapa kering tua yang sudah ditanah bisa dipakai sebagai bakaran seperti kayu bakar di dapurnya. Atau, bisa juga dia copotkan tulang daunnya untuk ditambahkan ke sapu lidi yang sudah menipis. Pagi hari begini, kegiatan itu terbilang ringan, apalagi untuk gadis seperti dia. Sangat.

"Batu, ikut ibu ke sawah ndu. Bantu nyabut tumbuhan", panggil ibunya saat gadis itu sedang menaruh persdiaan bakaran di dapur. Tentu saja gadis itu langsung bersiap ke sawah dengan jaket tipis berwarna biru dan kerudung merah muda.

Ya, gadis itu bernama Batu. Entah mengapa ayahnya menamainya 'Batu'. Tentu saja semuanya memiliki filosofi tersendiri. Batu sendiri bila dimaknai karakteristiknya ada yang bertekstur kasar ada pula yang bertekstur lembut permukaannya. Bila ukurannya ketahanan, batu bersifat kuat dan keras. Bila dilihat manfaatnya, ada yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, perhiasan, atau sekedar benda yang diam dijalan dihujani dijemur juga diangini. Yang jelas, tak ada yang tau maksud ayahnya selain dirinya dan Tuhan. Ayahnya mengalami kecelakaan saat pergi dari rumah sakit sesaat setelah istrinya melahirkan Batu, anaknya.

Batu dan ibunya pergi ke sawah menggunakan sepeda. Batu membonceng ibunya. Ibunya membawa peralatan didalam tas yang digendongnya. Alat alat tersebut sudah sangat akrab dengan Batu dan ibunya. Alat alat memang biasa dipakai untuk merawat sawah dari tetumbuhan liar yang malah menjadi saingan dengan padi.

Ibu turun lebih dahulu daripada Batu sambil menggendong tas tadi. Batu menyetandarkan sepedanya di pinggir sawah. Angin pagi yang segar langsung berlalu melewati sawah, jalan, dan jaket Batu. Rupanya angin itu cukup melemahkan Batu dengan membuatnya merinding dan bergetar. Batu tak sedang sesehat itu untuk sekedar menerima balutan angin. Batu jadinya tak jalan dengan hati-hati. Batu terjatuh dibelakang ibunya.

Beruntungnya, Batu tak terluka saat tu. Hanya sedikit goresan di kakinya yang membuat kulit epidermisnya mengelupas.

"Kamu tak apa toh ndo?"
"Boten, Bu."
"Yowis, berdiri."

Mungkin itu maksud nama Batu. Batu yang halus pekertinya, sabar budinya, juga apik bahasanya. Terutama, pada orangtua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukungan yang Terdengar Kecil

Se-iya bukanlah jaminan

Nasehat itu Ketulusan